Jumat, 27 Oktober 2017

Senja Terpendam

Planet Lain
24 Juni 2015

Tak terangkai kata. Membisu didalam ruang tak berdinding menemani sehelai kata yang menari. Tak terukir indah seindah angan yang berterbangan. Pucuk bunga nan menggoda. Berhembus mencari sepetik harapan. Melambai lambai seakan terlihat. Memandang seakan kembali. Angin berhembus, menghembuskan semua yang tersisa. Tak bermakna, seperti angan yang hancur. Serpihan yang seakan akan bergerak untuk bersatu hanya menjadi rintihan zaman. Tersudut terpojok tak berharga. Seakan berlari mengejar angin. Namun sepenggal angan terngiang saat nyanyian mulai merajut harapan. Tak perlu risau. takdir menemani kemana angan pergi, mengejar serpihan diantara puing puing tak berarti.
Tersandar dalam lamunan yang mulai membusuk. Terpendam dalam tak terlihat. Mendengar yg pernah didengar. Tak melihat yg pernah terlihat. Hingga Alunan suara nan indah. Menemani pergantian waktu. Detik demi detik angin berhembus menghantarkan puing puing yang berserakan. Rangkaian angan yg didamba hilang sekejap. Awan hitam menarik segala keindahan, yg nampak hanya garis yang membentang diluasnya langit. Seakan alam ingin berteriak. Kehangatan yang terabaikan. Raut wajah yang nampak seakan kehilangan. Tak berdaya tersungkur disudut ruangan tak berdinding. Menghirup aroma yang muncul. Terpejam hingga terbawa ke masa yang pernah terjadi. Entah hanya halusinasi atau kerinduan yang tak berarti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to back

 This feeling that really suck. We have access for sure, but everytime I have a time to tell, my mouth stop talking, even my mind keep think...